Seorang anak memberitahukan kabar
baik pada temannya, bahwa ia memenangkan lomba menulis tingkat pelajar
se-kabupaten. si teman meresponnya dengan tak acuh, "terus gue mesti
bilang 'wow' gitu?" yang kemudian diiringi dengan tawa terbahak.
Seorang guru ditegur muridnya
karena merokok dalam kelas. Si murid bilang, "Bapak kok merokok dalam
kelas?" dengan santai, sang guru berkata, "Emang masalah buat
lho?" sambil menghumbuskan asap rokoknya keras-keras.
Tentu, dua cerita di atas hanya
ilustrasi. Meski tidak menutup kemungkinan benar-benar terjadi di dunia nyata.
kalimat yang diucapkan Pak Guru dan teman si anak dalam cerita saat ini sedang
populer dan sangat sering dilontarkan baik di dunia maya maupun dunia nyata.
kalimat-kalimat yang, menurut saya, menyiratkan ketakpedulian pada sesama.
Pengabaian terhadap perkataan orang lain. Meski, mungkin, sekadar dengan maksud
bercanda.
Kelakar-kelakar tidak penting
seperti itu harusnya diminimalisir bahkan berusaha kuat dihapus dari rekam ucap
kita. karena selain "efek geli" yang kita harapkan terjadi, kalimat
itu hanya mempertebal rasa ketidakpedulian kita pada sesama dan mengikis
penghormatan kita pada lawan bicara yang seharusnya didengar perkataannya. Jika
yang mereka ucapkan adalah kebaikan maka itu adalah nasehat, atau ilmu, atau
informasi yang harus kita terima dan diresapkan dalam akal dan dada. Nmaun
sebaliknya, jika ucapan itu tentang keburukan, maka kita hendaknya meluruskan,
mengingatkan dengan cara yang ahsan.
Teman, kebiasaan-kebiasaan yang
kita anggap lawakan atau menghibur terkadang justru mengurangi kepekaan sosial
kita, menjauhkan kita dari kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan Islam. Padahal
kita tidak tahu, hanya sekedar meniru, bahwa di dalamnya terkandung sesuatu
yang baik atau buruk.
Selalu ingat sabda Rasul kita
tercinta, "berbicaralah yang baik atau diam." karena banyak
malapetaka besar yang bersumber dari ucapan. dua kalimat yang saya contohkan di
atas mungkin hanya beberapa di antara banyak kalimat sejenis yang kita pun tak
tahu entah dipopulerkan oleh siapa. serta apa maksud dan tujuannya. mungkin
kita anggap ini hanya perkara sepele. tapi cobalah Anda beberapa hari saja
mencoba merespon segala ucapan karib atau teman Anda dengan dua kalimat di
atas. sampai menjadi kebiasaan dan refleks. lalu ketika ada seorang yang lebih
tua yang disegani yang datang untuk menasehati Anda, mungkin secara serta-merta
(tanpa melalui proses berpikir) terlontar dari lisan Anda, "Emang masalah
buat lho?" lantas, Anda menganggap ini masih bukan masalah?
(Mas Rafif)