Senin, 29 Oktober 2012

Cobalah mendengar

Diposting oleh Profil CHK di 21.32
Pagiku sudah berlinang air mata. . .
Kali ini aku hanya ingin berceritakan tentang pengalaman yang sangat berkesan bagiku. Pagi ini aku piket, jadi aku berangkat jam setengah tujuh kurang. Diruang BK sepagi ini aku sudah disambut seorang anak yang biasa melakukan presensi harian, dia anak yang baik dan ramah. itulah kesan pertama saat aku melihatnya, dan benar saja dia memang ramah. Kali ini dia datang bersama bapaknya, terlihat sekali kalau bapaknya adalah pekerja kasar (buruh panggul).
Anak : Pagi bu
Aku : Pagi dek, kemarin kok gak masuk kenapa ?
Anak : aku sakit og mbak ini buktinya *sambil memperlihatkan bekas kerokan*
Aku : Kok ga pake surat ijin dek, dicariin bu ***** kemarin
Anak : iya mbak, aku suruh ke sekolah bareng bapak
Aku : Tunggu bentar ya, bu nanik lagi di atas.
Setelah nunggu beberapa saat, hampir 1 jam, karena di atas bu nanik tugas piket bersamaku. Agak khawatir sebenarnya, karena kemarin aku liat bu ***** sangat marah saat bu nanik menelepon ibu si anak. Dan kali ini bu ***** benar2 marah besar. Diruang BK, bu **** tanpa ragu mengatai si anak dengan kata-kata kotor yang sungguh sangat tidak manusiawi bagiku. Aku benar-benar sangat tidak menyangka, anak yang tidak masuk tanpa keterangan selama 3 hari, dan dia dari rumah memang ijin ke sekolah, aku akui tindakannya memang salah, tapi tak sepantasnya dia mendapat label yang benar-benar menyakitkan. Bahkan kata2 kotor itu diucapkan di depan umum.
Bu ***** : kamu ki kentir (gila), harusnya kamu itu dibawa ke RSJ aja, tempatmu disana.
Astagfirullah, aku sama sekali tidak menyangka, kenapa tidak ditanya dulu secara baik-baik, kenapa bisa tega mengeluarkan kata-kata seperti itu didepan anak dan orangtuanya, dan lebih tragisnya lagi orangtuannya tidak sedikitpun membela si anak. Sampai detik itu aku meneteskan air mata, aku saja terluka, apalgi si anak. Anak itupun menangis sesenggukan sambil sesekali mengusap air matanya dengan dasi yang ia pakai. Kasian sekali, dia tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan. Aku liat kali ini bu ***** benar-benar murka, bahkan melihat anak itu dengan penuh nanar.
Saat yang lain keluar dari ruang itu, akupun bertanya dengan hati hati , dan diapun langsung menceritakan yang sebenarnya :
Aku : Dek sebenarnya kamu kenapa ?
Anak : bu orangtua ku itu pisah, dari tahun kemarin. Aku kemarin ga masuk bener2 karena aku sakit.
Aku : kalau kamu sakit, kenapa malah keluar dari rumah ?
Anak : Dirumah itu ga ada yang peduli sama aku bu, ibu kerjaannya cuma marah2. aku sakit bu, aku ga betah dirumah, jadi aku ke rumah temenku dia udah kerja, aku disana di beri obat  dsb
dan yang paling penting dia bisa mengerti aku bu
Anak itu menceritakan panjang lebar tentang kondisi keluarganya dan sebab dia ga betah dirumah, dan bentuk ketidakpedulian orang tuanya, bagaimana dia selalu tidak didengar, betapa semua yang ia lakukan selalu salah dimata orang tua, betapa ia ingin dimengerti .
Seketika itu tangisan kita pecah, aku sama sekali sudah tak bisa menahan air mata, dan si anakpun menangis sejadi-jadinya.
Aku : dek , kamu jangan pernah lagi mengharapkan orang lain untuk bisa ngertiin kamu, kamu ga bisa hidup tenang klo kamu cma berharap org bisa mengerti kamu.
orangtua kamu memang sekarang lagi keadaanya begitu, mementingkan ego. tapi kamu harus janji sama diri kamu sendiri, kalau kamu harus kuat, kamu harus bisa bangkit.
Anak : iya bu *sambil sesenggukan
Aku : aku ga pengen denger lagi kamu kayak gini dek, kamu sekolah tinggal 5 bulan lagi, pokoknya kamu harus tunjukkan klo kamu anak yg berguna, klo kamu ga seperti yg bu ***** n bapakmu katakan. aku tau kamu anak baik,kamu juga pintar. jadi kamu mau to bangkit ?
Anak : iya bu, aku janji * kali ini aku benar2 melihat keseriusannya sambil terus menangis , aku mengerti dia seirus dengan kata2nya.
Aku : Kamu harus yakin kamu bisa melaluinya dek, kamu itu kuat kamu laki2, masi ada adek yang perlu kamu kuatkan, jadi kamu sanggup ?
Anak : sanggup mbak.
Dan percakapan itu berlanjut sampai akhirnya bu ***** dan wali murid + bapaknya datang lagi.

Sampai saat sesi terakhirpun aku masih sesenggukan bahkan di depan bu ***** aku sudah tidak peduli, aku memang tidak bisa melihat seorang anak dilabeli negatif. Aku tunjukkan kalau aku berontak dengan sikapnya kepada anak.

Mungkin ini sesi konseling yang paling berkesan bagiku, walaupun dari 23 siswa yang telah aku konseling, aku hampir selalu meneteskan air mata. Tapi ini benar-benar berkesan.
Kepenatan, keraguan, kebimbanganmu akan hilang, seiring tilawahmu yang kau baca perlahan.. #karenaQuranAdalahObat

quotes An Nisa San likes


"Setiap hari cinta harus ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cinta harus tumbuh menembus semua rintangan. Kuncup-kuncupnya tak boleh merekah semua seketika, untuk kemudian layu. Ranting dan pokoknya harus kuat menjulang. Cinta harus ditumbuhkan sepanjang usia dengan bunga-bunganya yang bertaburan di sepanjang jalan kesetiaan. Jalan yang ditapaki dengan riang di bumi dan semoga kelak mempertemukan kita kembali dengannya di surga"— Helvy Tiana Rosa

Popular Posts

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(3:31) ^

si unyu

 

Melukis Warna Kalbu Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea