Setelah malam itu,
aku sungguh tak pernah tahu,
bagaimana kabarmu?
aku sungguh tak pernah tahu,
bagaimana kabarmu?
Baik-baik sajakah?
Terluka?
Menangis dalam hati?
Atau bahkan,
tertawa karena sudah merasa melepaskan satu beban masa lalu?
Terluka?
Menangis dalam hati?
Atau bahkan,
tertawa karena sudah merasa melepaskan satu beban masa lalu?
Entah…
Sampai suatu waktu,
aku membaca tanda yang diberikan Tuhan padaku,
aku membaca tanda yang diberikan Tuhan padaku,
: melalui waktu
Sang bijak pernah berkata
padaku,
‘banyak hal mampu dibuktikan waktu,
cinta, kesetiaan, kesalahan, kebenaran.’
‘banyak hal mampu dibuktikan waktu,
cinta, kesetiaan, kesalahan, kebenaran.’
Mungkin benar.
Waktu membuat aku tak ada lagi,
dalam setiap tulisanmu.
Waktu membuat aku menghilang,
dari setiap ingatanmu akan cinta.
Waktu pula akan membuat,
hatimu menerima bahwa aku sudah seharusnya pergi,
dari hidupmu yang mendekati sempurna.
Waktu membuat aku tak ada lagi,
dalam setiap tulisanmu.
Waktu membuat aku menghilang,
dari setiap ingatanmu akan cinta.
Waktu pula akan membuat,
hatimu menerima bahwa aku sudah seharusnya pergi,
dari hidupmu yang mendekati sempurna.
Jadi, apakah benar adanya,
kamu sudah melupaku dengan sebenar-benarnya?
kamu sudah melupaku dengan sebenar-benarnya?
Jakarta, 26 Juli 2012
- Tia Setiawati Priatna