Hari ini 8 november 2012 dalam sehari aku mengkonseling 4 orang anak. Yaa itu cukup menjadikan suasana hatiku nano-nano. Ah. . .bisa mengenal lebih dalam anak-anak asuhku itu menyenangkan, aku saja bisa belajar dari pengalaman hidup mereka. Taukah, aku sekarang paham, yang menjadikan seseorang itu "Dewasa" bukan umurnya tapi pengalaman hidupnya. Disini aku mengenal berbagai macam karakter manusia, belajar tipologi secara nyata dan belajar bagaimana membimbing dengan kasih sayang.
Kali ini klienku yang pertama sebut saja dia R , R ini sudah sering tidak masuk tanpa keterangan. Ciri-ciri fisiknya dan dari tipologi anak, aku bisa melihat kalau anak ini bukan anak yang nakal atau bebel. Saat disentuh sedikit tentang keluarganya, dia langsung menangis, bagiku seseorang yang menangis bukan harus dilabeli dengan kata cengeng. Aku bisa merasakan sendiri kesedihan dalam hatinya yang mungkin tak pernah diungkapkan. Aku bicara karena aku juga pernah ada diposisi dia dan aku tau bagaimana rasanya. Aku menahan-nahan untuk tak menangis walaupun hanya berkaca-kaca tapi setidaknya kali ini aku berhasil untuk tidak menangis. Seandainya saja dia adikku sudah aku peluk dan pasti aku bisikkan ," Tenang, jangan menangis,ada aku disini". ah. . .rasanya ingin sekali aku lakukan. Setiap aku mengkonseling mereka aku selalu menekankan kepada anak-anak asuhku bahwa mereka tidak nakal. Anak yang sering melanggar peraturan belum tentu anak itu nakal, pasti ada latarbelakang masalah yang sebenarnya mereka alami. Untuk itu aku belajar untuk selalu melihat sesuatu bukan dari 1 sudut pandang. Ingatlah, bahwa anak-anak "itu" butuh kasih sayang dan bimbingan kita sebagai pendidik, bukan untuk diancam dan diintimidasi. Anak yang dengan sadar melakukan hal baik jauh lebih berbudi dari pada anak yang "terpaksa" melakukan hal baik. Intervensi kadang perlu tapi bukan berarti itu merupakan satu-satunya jalan keluar untuk menyelesaikan masalah anak. Mari belajar menjadi pendidik yang baik.
