by Firman Firdaus on August 10, 2010
Tepatnya dua hari lalu, pemanasan global merayakan ulang tahunnya yang ke-35. Ini bukan sekadar sebagai pertanda bahwa kenaikan suhu global secara signifikan telah berlangsung selama 35 tahun, melainkan juga menandai usia terminologi pemanasan global itu sendiri.Pada 8 Agustus 1975, Wally Broecker memublikasikan makalahnya “Are we on the brink of a pronounced global warming?” di jurnal Science. Itulah kali pertama, diduga, istilah pemanasan global atau global warming diperkenalkan.
Dalam jurnal tersebut, Broecker juga secara gamblang mengatakan bahwa pemanasan diakibatkan oleh karbon dioksida, dan bakal berdampak pada pertanian dan muka air laut. Prediksi yang sudah kita lihat dan rasakan sekarang: sulitnya menentukan musim tanam dan rusaknya lahan dan panen karena iklim yang tidak menentu dan perubahan pola migrasi hewan-hewan laut hanyalah beberapa contoh yang paling menempel dalam ingatan kita.
Analisis Broecker juga menjawab keraguan orang bahwa pemanasan global bukan tidak dapat diprediksi. Nyatanya, fenomena ini bisa diperkirakan bahkan ketika bukti-bukti empiris berupa rekaman temperatur global belum muncul.
Broecker adalah salah satu ilmuwan iklim besar di abad ke-20. Ada sekitar 400 makalah yang ditulisnya, dan 60 di antaranya masing-masing disebut dalam 100 makalah lain sebagai sumber. Konsentrasi Broecker adalah pada ilmu iklim purba dan geokimia laut.
Ulang tahun ini tentu saja bukan sesuatu yang patut dirayakan dengan sukacita. Sebaliknya, momentum ini menjadi pengingat bahwa Bumi yang kita diami masih berada dalam ancaman yang kita sendiri tidak dapat mengukurnya. Tanpa upaya yang serius dari semua pihak untuk mengurangi dampak pemanasan global dan perubahan iklim, prediksi Broecker rasanya tinggal menunggu waktu.
(Sumber: Realclimate.com)