Orang-orang gagal itu konon terbagi menjadi dua spesies besar.
Spesies pertama adalah orang yang selalu berpikir gagal padahal tidak pernah melakukannya.
Spesies kedua adalah orang yang mengalami kegagalan namun tidak pernah memikirkannya.
Spesies mana yang akan bertahan dari kemusnahan?
Spesies pertama ternyata komunitasnya lebih besar. Ya iya laah, kebanyakan dari orang ternyata cuma sampai di taraf berpikir tentang gagal. Belum sampai di taraf mencoba untuk gagal. Kita terlalu dipusingkan dengan kemungkinan nanti bagaimana kalau begini kalau begitu? Terlalu banyak berpikirnya,
Dan akhirnya kebanyakan berpikir tersebut malah nggak jadi bertindak. Spesies ini… meski jumlahnya banyak, namun seiring waktu akan musnah!
Spesies pertama ini kemudian terbagi ke dalam dua sub spesies lagi.
Sub spesies yang pertama, orang-orang yang takut salah.
Nanti kalau aku begini malah jadi begitu. Kalau begitu, jangan-jangan begini. Ahh.. akhirnya mereka diam di tempat.
Sub spesies selanjutnya, yang selalu memikirkan peluang. Ibarat sebuah lomba, kata mereka… yang sukses jadi juara itu selalu satu orang, sedangkan yang jadi pecundang ada puluhan bahkan ratusan orang. Daripada sakit hati dan buang energi untuk sekedar jadi pecundang, mendingan tak usah berlomba,.
”Dan lebih baik ente tak usah hidup!” interupsi saya.
Karena hidup itu diwarnai selalu dengan perlombaan-perlombaan. Hidup itu sendiri adalah bentuk perlombaan. Bahkan ente bisa hidup sekarang adalah buah dari perlombaan. Perlombaan dari jutaan sperma yang berusaha membuahi satu buah ovum. Lalu muncullah satu sperma terhebat menjadi juara. Dan itu adalah ente. Nah, lalu dengan alasan apa kini ente mau mundur dari perlombaan?
Betul, peluang menjadi juara dari sebuah perlombaan kadang hanya satu persen. Namun bukan berarti persentase yang kecil tersebut memudarkan semangat kita untuk berlomba….
”Tuh kan, kamu sendiri mengatakan peluangnya sangat kecil… berat men… untuk meraihnya..”
Perwakilan sub spesies kedua berkilah.
”Tapi masih lebih mending daripada membuat peluangnya menjadi nol persen! Ketika ente memilih diam saja.” tukas saya seraya ngeloyor meninggalkannya.
from: http://doktermudaliar.wordpress.com/2010/05/29/taksonomi-orang-gagal/#comment-764
Potongan Ayat Al Qur'an
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
[Ali Imran, 3 : 104]
Labels
- All About BK (2)
- ARTIKEL BK (7)
- BELAJAR PSIKOLOGI (4)
- BEM BERKARYA (2)
- CERITA INSPIRASI (22)
- CURHAT (169)
- GLOBAL WARMING (2)
- GO GREEN (5)
- Himabiko (1)
- INFO TERKINI (5)
- inspirasi (38)
- inspiring-pictures (16)
- INTERMEZZO (29)
- ISLAMI (10)
- Jualan (4)
- KUmpUlaN Status (1)
- My Quote's (7)
- ngopi paste (5)
- Pengetahuan Umum (6)
- Tanah Air KU (3)
- Ulang Tahun ke 21 (1)
Blog Archive
-
▼
2011
(111)
-
▼
Juli
(25)
- TERSENYUMLAH MAKA ANDA AKAN BAHAGIA
- INTERMEZZO ^^
- Cinta sederhana
- Sebuah Kenangan
- AHKAMUL AQIQAH
- MOESLEM GAUL
- Teman Yang Baik Dalam Islam
- Pantang Menyerah
- RINDU
- Belum Ada Judul
- Belum Ku Temukan Judulnya
- HASRAT MENGUBAH DIRI
- Orang Buta Menuntun Orang Buta
- Pertanyaan Penting
- Buat Yang Lagi Patah Hati
- RENUNGKAN
- Semangat Kebaikan
- TUJUAN HIDUP
- Guru BK Jangan Dicitrakan Polisi Siswa
- ^^
- Kesalahan dalam membesarkan anak
- Untukmu.............
- TERCIPTA BUAT KU
- RINDU © Rindu m...
- Sebuah Cinta
-
▼
Juli
(25)
Translate
Blog Teman
Views
Hamster Imut
jangan lupa kasih makan aku ya dg cara klik kursornya
song
My Facebook
Kepenatan, keraguan, kebimbanganmu akan hilang, seiring tilawahmu yang kau baca perlahan.. #karenaQuranAdalahObat
quotes An Nisa San likes
"Setiap hari cinta harus ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cinta harus tumbuh menembus semua rintangan. Kuncup-kuncupnya tak boleh merekah semua seketika, untuk kemudian layu. Ranting dan pokoknya harus kuat menjulang. Cinta harus ditumbuhkan sepanjang usia dengan bunga-bunganya yang bertaburan di sepanjang jalan kesetiaan. Jalan yang ditapaki dengan riang di bumi dan semoga kelak mempertemukan kita kembali dengannya di surga"— Helvy Tiana Rosa