Bukannya aku malas atau aku memang tak punya niat untuk ini, disaat yang lain berlomba-lomba untuk menampilkan kemampuannya, keseriusannya dan semangatnya yang luar biasa untuk mempersembahkan yang terbaik bagi orang-orang yang mereka kasihi. Dilain sisi aku justru menjalani ini dengan cara yang berbeda. . . Aku lebih sering berhenti sejenak, mencoba menikmati pemandangan ini dengan caraku, dan hanya aku yang tahu bagaimana ini bisa menyita langkahku.
Aku berusaha melepaskan beban dan rasa ini satu per satu, hingga nanti aku siap, benar-benar siap ketika masa itu tiba, masa dimana aku memasuki kehidupan baru yang aku sendiri tidak tahu tapi aku yakini kebenarannya.
Luka, sakit, kecewa. marah, dan semua rasa yang pernah mengganjal dan cukup memilukan yang pernah aku alami selama 21 tahun ini, kucoba menguraikan sisi demi sisi, hingga akhirnya tidak ada dendam ataupun lara yang masih terselip.
Aku juga manusia biasa, tentu aku juga punya banyak salah, hingga mungkin luka yang aku torehkan pernah membuat seseorang terluka. Aku tahu luka yang terlanjur tertoreh tidak mudah untuk dimaafkan. Aku hanya mencoba meminta maaf,memperbaiki dan merubah sikap dan perilakuku. Satu demi satu kesalahan mulai aku ingat demi sebuah kata maaf yang tulus dalam hati, aku tetap akan berusaha semampuku dengan caraku sendiri.
Setidaknya dengan ini aku bisa lebih lega hingga aku bisa menerima sebuah kenyataan hidup yang memang harus. . .
Aku anggap ini adalah kesempatan kedua bagiku, kesempatan ini ada karena aku berusaha menghadirkannya . . .
This time, i just want to smile
(pagiku dalam balutan embun,
hamparan sawah dengan padi yang mulai menguning,
aroma udara pagi yang khas sehingga selalu membuatku rindu dengan kampung halamanku ini,
ahh menikmati pagi dengan secangkir air putih hangat terasa lebih nikmat kalau dalam hati terselip rasa syukur atas sebuah karunia hidup )
